GEOTREK CILETUH: KEISTIMEWAAN
CILETUH
Kami dari Geotrek Indonesia,
komunitas pencinta geo-histori Indonesia, berencana mengunjungi Ciletuh pada 20
September 2014. Saya dijuluki 'bapak guru' di komunitas ini, ada juga yang
menjuluki saya 'kepala sekolah'. Sebenarnya saya hanya menemani kawan-kawan
komunitas jalan-jalan ke objek-objek geo-histori menarik di Indonesia dan
menceritakan tentangnya, agar kawan-kawan saya itu tidak hanya jalan-jalan
menikmati keindahan dan keelokan objek yang dikunjungi, tetapi juga memahami
objek yang dilihatnya - kedahsyatan geologi atau keluhuran sejarah. Tidak hanya
bercerita di lapangan atau di kelas, tetapi juga saya tinggalkan buku
kecil/booklet buat mereka tentang objek yang dikunjungi. Tulisan bagaimanapun
tetap lebih abadi dibandingkan pandangan mata atau ingatan.
Seperti kata Albert Heim (1878),
seorang ahli geologi yang menekuni Pegunungan Alpina di Swiss, yang kami kutip
sebagai motto Geotrek Indonesia, "Memandang alam dengan pengertian jauh
lebih berarti dan menyukakan hati daripada hanya menyaksikan
keelokannya.", begitulah misi Geotrek Indonesia.
------------------------------------------------------
Ciletuh terletak di Kecamatan
Ciemas, Kabupaten Sukabumi, di ujung baratdaya Jawa Barat, sekitar 30 km di
sebelah selatan baratdaya Pelabuhanratu setelah melintasi Teluk Pelabuhanratu.
Mengapa Ciletuh istimewa? Paling tidak ada tiga alasannya: (1) sebab ia
menyingkapkan aneka batuan kerak samudera, sedimen laut dalam, mantel atas
Bumi, dan lereng benua, yang berasal dari palung subduksi konvergensi lempeng
yang berumur Kapur, sekitar 120-60 juta tahun yang lalu, yang membuatnya
menjadi salah satu dari dua tempat dengan batuan tertua di Pulau Jawa.; (2)
sebab ia menunjukkan runtuhan luar biasa antara tinggian Plato Jampang dan
dalaman Teluk Pelabuhanratu membekas menjadi amfiteater Ciletuh; (3) sebab ia
menyimpan panorama geo-ekologi yang spektakular.
------------------------------------------------------
Saya memetakan geologi sebagian
wilayah ini 26 tahun yang lalu, 1988, sebagai tugas skripsi untuk menyelesaikan
kuliah S1 saya di Geologi Unpad. Saat itu saya mengambil tema skripsi yang
langka diambil mahasiswa pada umumnya: petrotektonik ofiolit – bagaimana dari
batuan ofiolit (kerak samudera + mantel atas Bumi) menafsir tektoniknya,
tektonik adalah antara lain tentang pergerakan lempeng-lempeng.
Ciletuh 26 tahun yang lalu adalah
kampung kecil tanpa listrik. Saya bolak-balik ke sini, sendirian atau bersama
adik saya, mondok di rumah juru tulis kampung, bekerja seharian di lapangan
selama beberapa minggu, dan jam 20.00 kampung telah senyap dan gelap.
Saya mengunjungi lagi Ciletuh mulai
tahun 2006 sampai sekarang, terutama karena membawa rombongan-rombongan
fieldtrip dari berbagai perusahaan. Dan Ciletuh kini telah menjelma menjadi
modern, ada listrik, bahkan ada tambak modern kepunyaan investor dari kota.
Tetapi batuan-batuannya yang 26 tahun lalu saya akrabi berminggu-minggu, masih
di situ, meskipun sebagian tampak sudah menipis diabrasi.
Bulan Februari 1989 saya
mempertahankan skripsi saya tentang petrotektonik ofiolit Ciletuh itu di
hadapan para dosen penguji, seusai sidang saya ditawari beberapa dosen untuk
bergabung menjadi dosen petrologi atau tektonik, atau petrotektonik, masih
langka yang mau menekuni itu katanya. Saya hanya tersenyum dan akhirnya saya
tak jadi dosen. Bulan Mei 2014 yang lalu, 25 tahun setelah itu, saya
mempertahankan paper saya di pertemuan ilmiah Indonesian Petroleum Association,
masih tentang petrotektonik ofiolit Ciletuh, tetapi kali ini saya membawanya
lebih luas ke seluruh “kawannya”, ke Luk Ulo di Jawa Tengah, ke Pegunungan
Meratus di Kalimantan Selatan, dan ke Bantimala di Sulawesi Selatan.
Dari sini cukup jelas kiranya bahwa saya punya ikatan batin tertentu dengan Ciletuh. Geologist harus punya ikatan batin dengan wilayah kerjanya, agar ia menghayatinya, memahaminya, dan bisa menemukan mineralnya, bisa menemukan minyaknya.
Dari sini cukup jelas kiranya bahwa saya punya ikatan batin tertentu dengan Ciletuh. Geologist harus punya ikatan batin dengan wilayah kerjanya, agar ia menghayatinya, memahaminya, dan bisa menemukan mineralnya, bisa menemukan minyaknya.
------------------------------------------------------
Ciletuh pada 120-60 juta tahun yang
lalu adalah sebuah palung subduksi konvergensi lempeng.
Apakah palung subduksi konvergensi
lempeng itu? Bumi kita, di sisi paling luarnya yang disusun oleh lapisan batuan
litosfer terpecah-pecah menjadi segmen-segmen litosfer yang luas namun tipis.
Segmen litosfer ini karena luas tetapi tipis disebutlah lempeng (plate).
Lempeng-lempeng ini terbagi atas lempeng benua dan lempeng samudera.
Lempeng-lempeng ini terapung di atas mantel bagian atas Bumi, yaitu batuan
setengah padat setengah cair yang karena panas Bumi maka bersifat fluida,
mengalir.
Karena lempeng-lempeng ini terapung
di atas mantel yang mengalir, maka bergeraklah (tektonik) lempeng-lempeng ini
mirip rakit-rakit di atas danau. Tektonik lempeng (plate tectonics) adalah ilmu
geologi yang membahas pergerakan lempeng. Suatu waktu, lempeng satu dengan
lempeng lain saling mendekat (konvergensi), akhirnya bertubrukan. Lempeng benua
bisa berkonvergensi dengan lempeng samudera. Karena lempeng samudera itu
disusun oleh jenis batuan yang lebih berat daripada lempeng benua, maka saat
konvergensi terjadi, lempeng samudera akan menekuk, menunjam ke bawah lempeng
benua. Inilah subduksi. Tempat tekukan lempeng samudera itu disebut palung
subduksi , dan itu terjadi di bawah laut, pada kedalaman sekitar 7000-11.600
meter.
Apa yang terjadi saat subduksi
lempeng samudera terjadi? Karena lempeng samudera bergerak relatif lebih cepat
daripada lempeng benua karena gravitasinya lebih besar, maka di dalam palung
tempat lempeng samudera itu menekuk sambil berjalan, terjadilah pengerukan (scrapping
off) besar-besaran pada bagian atas lempeng samudera yang dilakukan oleh bagian
bawah lempeng benua. Maka di dalam palung subduksi itu bertumpuklah aneka
batuan asal kerak samudera, asal mantel bagian atas, asal sedimen lautdalam,
kemudian ada juga batuan asal lereng benua; semuanya tercampur aduk begitu
kompleks di dalam palung subduksi, hasil sedimentasi dan deformasi yang luar
biasa rumit, dalam geologi disebutlah kompleks aneka batuan yang rumit itu
sebagai mélange, yang diterjemahkan sebagai kompleks “bancuh” (“kacau” -
chaotic).
Ciletuh adalah palung subduksi
konvergensi lempeng samudera "Meso-Tethys" dan lempeng benua yang
terjadi pada 120-60 juta tahun yang lalu di Indonesia Barat. Kalau kita nanti
berjalan di atas pantai Ciletuh, sebenarnya 120-60 juta tahun yang lalu tempat
ini adalah sebuah palung sedalam 7000 meter. Hanya geologi yang selama 60 juta
tahun berikutnya mengangkatnya, menenggelamkannya lagi, mengangkatnya lagi,
sampai akhirnya kini tersingkap dan bisa kita kunjungi. Bahwa ini lereng atau
dasar palung nanti akan segera terlihat oleh fenomena batuan dan deformasinya.
Apakah palung subduksi konvergensi
lempeng masa kini ada? Tentu saja ada, sebab Indonesia secara geologi merupakan
wilayah konvergensi antarlempeng. Palung subduksi lempeng samudera masa kini
terjadi pada jarak sekitar 200 km di sebelah baratdaya Ciletuh. Di situ, saat
ini, lempeng samudera Hindia tengah menekuk pada kedalaman 7000 m.
------------------------------------------------------
Maka Ciletuh adalah sebuah fosil subduksi lempeng yang sangat berharga, tempat para geologist bisa belajar tentang proses subduksi lempeng, dan masyarakat luas bisa memahami betapa kompleks, konsisten dan sabar, serta menakjubkannya semua proses geologi di Bumi itu, khususnya di Indonesia.
Maka Ciletuh adalah sebuah fosil subduksi lempeng yang sangat berharga, tempat para geologist bisa belajar tentang proses subduksi lempeng, dan masyarakat luas bisa memahami betapa kompleks, konsisten dan sabar, serta menakjubkannya semua proses geologi di Bumi itu, khususnya di Indonesia.
Melalui diskusi di lapangan,
langsung di palung subduksi Ciletuh, dan pendalaman materi di kelas malam, saya
yakin semua peserta akan mendapatkan pemahaman yang mudah tentang tektonik
Ciletuh. Tidak sampai di situ, kita juga akan belajar mengapa pengetahuan
tektonik itu penting untuk kemakmuran Indonesia, dan Ciletuh adalah salah satu
bukti mata rantai tektonik Indonesia.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar